Senin, 22 April 2013

“SAYA INGIN MENJADI MUSLIM KAYA dan SUKSES”

Ketika saya kemarin menulis status-status di facebook, ada yang berkomentar pedas mengatakan saya kapitalis. Wow, orang tersebut saya yakin hanya membaca status saya sepenggal, padahal status-status fb saya kemarin rangkaian cerita.

Apakah bercita-cita menjadi muslim kaya salah? Dicap kapitalis?

Kalau dia ber-anggapan seperti itu, wajarlah kiranya mengapa ummat islam secara global masih terpuruk secara ekonomi. Karna sebagian masih berpikiran bahwa cukup dengan bertawakal dengan Allah.

Saya sangat setuju skali, bertawakal pada Allah itu WAJIB, gak bisa ditawar tawar. Keyakinan bahwa Allah semata yang memberikan kita rezeki. Keyakinan bahwa kita harus bergantung hanya kepada Allah, itu sudah mutlak. Tetapiii apakah cukup dengan hanya berdoa? Kalau pemahaman saya , rezeki itu harus di jemput, harus IKHTIAR/USAHA meraihnya.

saya belajar, bahwa betul Allah yang akan mencukupkan rezeki kita, tapi kita juga harus berusaha. Saya banyak belajar dari iphho santosa – sang motivator penulis buku best seller 7 keajaiban rezeki . dia bilang begini :

Bagi anda yang masih saja ogah-ogahan untuk kaya, tolong jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
- Inginkah anda dan suami naik haji?
- Inginkah anda memberangkatkan orang tua tercinta dan mertua anda berhaji?
- Inginkah anda memberlikan rumah untuk anak dan istri anda hidup layak?
- Inginkah anda memberikan pendidikan terbaik untuk anak anda?
- Inginkah anda memberikan fasilitas terbaik untuk anak, orangtua, saudara ketika mereka sakit?
- Inginkah anda menolong kaum dhuafa , menyantuni anak yatim?
Kalau saya pribadi akan tegas menjawab : Ya, saya INGIN...

Kalau kita ingin men-teladani Nabi Muhamamad, maka pelajari sejarahnya. Bagaimana kaya nya Nabi muhammad..beliau seorang pebisnis sukses, ia menyerahkan mas kawin puluhan unta muda yang setara dengan ratusan juta rupiah. Itu salah satu bukti. Dan lihat juga sahabat Nabi yaitu Umar bin Khattab, bagaimana Umar mewariskan 70.000 propesrti senilai triliunan rupiah. Lihat pula abdurahman bin auf, dll.

Saya masih tidak mengerti jika ingin menjadi muslim kaya dibilang kapitalis.

Yang menjadi pegangan saya adalah KEKAYAAN (HARTA) BUKANLAH TUJUAN, MELAINKAN HANYALAH ALAT. Yang dengan alat ini kita akan lebih mudah dalam :
- Berzakat, dan sedekah
- Membangun sarana ummat
- Menuntut ilmu
- Berhaji. Umrah
- Menolong saudara seiman yang lagi terkena musibah, dll

Dulu ketika saya masih hidup pas pasan , batin saya menangis ketika ada saudara seiman yang butuh biaya untuk operasi kanker anaknya, saya hanya bisa membantunya 50 ribu rupiah dan sebait doa. Sementara dia harus kesana kemari mencari dana untuk biaya pengobatan anaknya. Sedih saya tidak mampu menolong nya secara nyata, bantuan dana.

Saat ini ketika kemarin mendapat berita ada teman yang butuh biaya rumah sakit karna operasi, demi Allah bahagianya batin saya bisa menolongnya bukan lagi dengan doa saja, tapi nyata, bantuan dana yang meringankan bebannya. Dan itu bagi dia sangat berarti, dibarengi doa juga tentunya.
Seperti yang saya bilang, ketika kita sakit , pihak rumah sakit sayangnya gak menerima senyuman kita, tapi dana untuk pengobatan, syarat yang harus dipenuhi oleh pasien. Kita hidup dinegara yang belum menggratiskan fasilitas-fasilitas kesehatan dll. Jadi kita sudah tidak bisa menghindari bahwa smua butuh biaya.

Jika kita ingin generasi islam ke depan cerda dan memimpin dunia, maka mereka butuh pendidikan yang berkualitas yang berbasis islam dan internasional. Kalau kita miskin, hanya mampu menyekolahkan anak di skolah biasa yang minim fasilitas, bagaimana kita kelak bisa memiliki generasi robbani? Bermunculannya TKIT atau SDIT dengan konsep islam terpadu, dimana anak-naka tidak hanya cerdas secara keilmuan tapi juga hafal al qur’an, dan berakhlak baik, itu mahal biayanya.
Makanya saya dan suami bertekad harus menjadi muslim mampu, karna untuk masuk ke TKIT aja butuh biaya 8juta, belum perbulannya. Saya juga sudah survey ke beberapa SDIT brpa biaya utk masuk SDIT ? belasan juta rupiah....

Harta memang tidak dibawa mati, betul, tapi kalau kita punya harta lalu harta itu kita infaq kan dijalan da’wah, itu akan menjadi amal jariyah , amal yang tidak akan putus saat kita sudah meninggal dunia.

Jika kita mau jujur, saat saudara-saudara kita di belahan bumi lain membutuhkan bantuan , mereka butuh obat-obatan, mereka butuh bahan makanan, mereka butuh rumah sakit darurat....slain doa (itu mah gak usah dirsuruh juga sudah kita lakukan), fakta yang tidak bisa kita sangkal : mereka BUTUH BANTUAN DANA...ingat bagaimana lembaga-lembaga solidaritas bahu membahu mengumpulkan dana melalui rekening rekening solidaritas? Cukupkah hanya dengan doa saja? Tidak, mereka butuh sunduq/dana...

Mari kita lihat bagaimana mas saptuari owner kedai digital bisa sukses dengan sedekah rombongannya, menghimpun sedekah dari orang-orang di twitter lalu dengan dana itu dia membantu pembangunan masjid, panti asuhan dll...fasilitas ummat, ternyata memang butuh DANA pren, skali lagi doa saja tidak cukup.

Ya Allah, saya ingin menjadi muslimah kaya...yang dengan kekayaan itu hamba bisa berbuat banyak untuk kebaikan, bisa membawa manfaat...dan jadikan kekayaan itu tidak menjadikan kami lalai, melainkan smakin dekat pada-Mu...aamiin

NOTE : Anda berbeda pendapat dengan saya, silakan itu hak anda. Saya pun berhak untuk memiliki pemahaman berbeda. Jadi saling menghormati saja, karna saya sendiri tidak pernah usil dengan pendapat orang..sy meneghargai pendapat orang lain..

wallahu alam bish showab

-eka satriana -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar