Ketika saya kemarin menulis status-status di facebook, ada yang
berkomentar pedas mengatakan saya kapitalis. Wow, orang tersebut saya
yakin hanya membaca status saya sepenggal, padahal status-status fb saya
kemarin rangkaian cerita.
Apakah bercita-cita menjadi muslim kaya salah? Dicap kapitalis?
Kalau dia ber-anggapan seperti itu, wajarlah kiranya mengapa ummat islam
secara global masih terpuruk secara ekonomi. Karna sebagian masih
berpikiran bahwa cukup dengan bertawakal dengan Allah.
Saya sangat setuju skali, bertawakal pada Allah itu WAJIB, gak bisa
ditawar tawar. Keyakinan bahwa Allah semata yang memberikan kita rezeki.
Keyakinan bahwa kita harus bergantung hanya kepada Allah, itu sudah
mutlak. Tetapiii apakah cukup dengan hanya berdoa? Kalau pemahaman saya ,
rezeki itu harus di jemput, harus IKHTIAR/USAHA meraihnya.
saya belajar, bahwa betul Allah yang akan mencukupkan rezeki kita, tapi
kita juga harus berusaha. Saya banyak belajar dari iphho santosa – sang
motivator penulis buku best seller 7 keajaiban rezeki . dia bilang
begini :
Bagi anda yang masih saja ogah-ogahan untuk kaya, tolong jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
- Inginkah anda dan suami naik haji?
- Inginkah anda memberangkatkan orang tua tercinta dan mertua anda berhaji?
- Inginkah anda memberlikan rumah untuk anak dan istri anda hidup layak?
- Inginkah anda memberikan pendidikan terbaik untuk anak anda?
- Inginkah anda memberikan fasilitas terbaik untuk anak, orangtua, saudara ketika mereka sakit?
- Inginkah anda menolong kaum dhuafa , menyantuni anak yatim?
Kalau saya pribadi akan tegas menjawab : Ya, saya INGIN...
Kalau kita ingin men-teladani Nabi Muhamamad, maka pelajari sejarahnya.
Bagaimana kaya nya Nabi muhammad..beliau seorang pebisnis sukses, ia
menyerahkan mas kawin puluhan unta muda yang setara dengan ratusan juta
rupiah. Itu salah satu bukti. Dan lihat juga sahabat Nabi yaitu Umar bin
Khattab, bagaimana Umar mewariskan 70.000 propesrti senilai triliunan
rupiah. Lihat pula abdurahman bin auf, dll.
Saya masih tidak mengerti jika ingin menjadi muslim kaya dibilang kapitalis.
Yang menjadi pegangan saya adalah KEKAYAAN (HARTA) BUKANLAH TUJUAN,
MELAINKAN HANYALAH ALAT. Yang dengan alat ini kita akan lebih mudah
dalam :
- Berzakat, dan sedekah
- Membangun sarana ummat
- Menuntut ilmu
- Berhaji. Umrah
- Menolong saudara seiman yang lagi terkena musibah, dll
Dulu ketika saya masih hidup pas pasan , batin saya menangis ketika ada
saudara seiman yang butuh biaya untuk operasi kanker anaknya, saya hanya
bisa membantunya 50 ribu rupiah dan sebait doa. Sementara dia harus
kesana kemari mencari dana untuk biaya pengobatan anaknya. Sedih saya
tidak mampu menolong nya secara nyata, bantuan dana.
Saat ini ketika kemarin mendapat berita ada teman yang butuh biaya rumah
sakit karna operasi, demi Allah bahagianya batin saya bisa menolongnya
bukan lagi dengan doa saja, tapi nyata, bantuan dana yang meringankan
bebannya. Dan itu bagi dia sangat berarti, dibarengi doa juga tentunya.
Seperti yang saya bilang, ketika kita sakit , pihak rumah sakit
sayangnya gak menerima senyuman kita, tapi dana untuk pengobatan, syarat
yang harus dipenuhi oleh pasien. Kita hidup dinegara yang belum
menggratiskan fasilitas-fasilitas kesehatan dll. Jadi kita sudah tidak
bisa menghindari bahwa smua butuh biaya.
Jika kita ingin generasi islam ke depan cerda dan memimpin dunia, maka
mereka butuh pendidikan yang berkualitas yang berbasis islam dan
internasional. Kalau kita miskin, hanya mampu menyekolahkan anak di
skolah biasa yang minim fasilitas, bagaimana kita kelak bisa memiliki
generasi robbani? Bermunculannya TKIT atau SDIT dengan konsep islam
terpadu, dimana anak-naka tidak hanya cerdas secara keilmuan tapi juga
hafal al qur’an, dan berakhlak baik, itu mahal biayanya.
Makanya saya dan suami bertekad harus menjadi muslim mampu, karna untuk
masuk ke TKIT aja butuh biaya 8juta, belum perbulannya. Saya juga sudah
survey ke beberapa SDIT brpa biaya utk masuk SDIT ? belasan juta
rupiah....
Harta memang tidak dibawa mati, betul, tapi kalau kita punya harta lalu
harta itu kita infaq kan dijalan da’wah, itu akan menjadi amal jariyah ,
amal yang tidak akan putus saat kita sudah meninggal dunia.
Jika kita mau jujur, saat saudara-saudara kita di belahan bumi lain
membutuhkan bantuan , mereka butuh obat-obatan, mereka butuh bahan
makanan, mereka butuh rumah sakit darurat....slain doa (itu mah gak usah
dirsuruh juga sudah kita lakukan), fakta yang tidak bisa kita sangkal :
mereka BUTUH BANTUAN DANA...ingat bagaimana lembaga-lembaga solidaritas
bahu membahu mengumpulkan dana melalui rekening rekening solidaritas?
Cukupkah hanya dengan doa saja? Tidak, mereka butuh sunduq/dana...
Mari kita lihat bagaimana mas saptuari owner kedai digital bisa sukses
dengan sedekah rombongannya, menghimpun sedekah dari orang-orang di
twitter lalu dengan dana itu dia membantu pembangunan masjid, panti
asuhan dll...fasilitas ummat, ternyata memang butuh DANA pren, skali
lagi doa saja tidak cukup.
Ya Allah, saya ingin menjadi muslimah kaya...yang dengan kekayaan itu
hamba bisa berbuat banyak untuk kebaikan, bisa membawa manfaat...dan
jadikan kekayaan itu tidak menjadikan kami lalai, melainkan smakin dekat
pada-Mu...aamiin
NOTE : Anda berbeda pendapat dengan saya, silakan itu hak anda. Saya pun
berhak untuk memiliki pemahaman berbeda. Jadi saling menghormati saja,
karna saya sendiri tidak pernah usil dengan pendapat orang..sy
meneghargai pendapat orang lain..
wallahu alam bish showab
-eka satriana -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar